Sabtu, 18 Januari 2020

Komentar jahat?

Holla..apa kabar? Entah kenapa, gue sangat resah ketika selesai membuka app instagram. Keresahan ini sangat berdasar, karena banyak sekali orang yang gue temukan telihat kesepian, putus asa dan seperti hanya diam menunggu kematiannya saja.

Jujur, gue sedih melihat ini. Di luar apa semua yang mereka tulis di sana adalah kebenaran ataupun kebohongan. Rasanya gue ingin bisa memeluk mereka sambil bilang; Lo hebat, terimakasih sudah bertahan 💜 Tapi, gue tidak mungkin bisa memeluk dan berada di sana secara langsung. Jadi, yang mampu gue lakukan hanya menuliskan pesan singkat untuk mereka dengan harapan keadaan bisa jadi lebih baik.

Kalo kalian masih inget dengan tulisan di blog sebelumnya, gue pernah mengatakan jika pertanyaan: bagaimana hari lo berjalan? Adalah pertanyaan remeh dan super basi, tapi, punya banyak hal baik di dalamnya.

Seseorang jadi lebih leluasa buat cerita tentang apapun yang sudah dilalui, sehingga beberapa beban berat itu sedikit demi sedikit bisa menjadi ringan.

Gue sangat sadar, dunia tidak seramah itu baut beberapa orang yang tidak diberi semesta kejayaan, cinta kasih yang cukup, dst. Banyak orang yang akhirnya menggunakan topeng masing-masing agar bisa bertahan, tidak terkecuali gue.

Kita sama-sama butuh seseorang untuk diajak cerita dengan jujur akan dunia yang memuakan tanpa takut 'ditelanjangi'. Kita butuh tempat untuk menjadi diri sendiri, supaya gak lupa sama diri kita yang asli. Dan menemukan kedua hal itu, memebutuhkan banyak proses panjang yang membuang waktu.

Beberapa diantara kita tidak bisa bertahan menunggu, hingga akhirnya memilih mengakhiri hidupnya. Untuk sementara, gue mohon kita lupakan sejenak tentang keyakinan yang kita miliki. Semua orang beriman, termasuk mereka yang memilih mengakhiri hidupnya dengan melawan takdir.

Teman-teman kita itu, hanya sedang bingung. Mereka menutup mata dan telinga, mereka sendirian dan putus asa, mereka butuh pelukan dan ucapan positif dari kita, bukan justru ceramah akan kedekatan mereka pada Tuhan.

50% gue setuju dengan anggapan untuk lebih meningkatkan diri dengan Tuhan melalui ibadah, supaya bisa selalu berpikir jernih dan merasa tenang. Sementara sisanya, gue tidak setuju dengan anggapan jika mereka yang milih 'mati' ini kurang beriman.

Apa yang ada di benak kalian saat mengatakan itu? Apa kalian sadar, jika perkataan kalian sudah merusak hidup seseorang dengan menjadikan mereka lebih berputus asa. Jika lo gak tahu harus bicara apa, lebih baik diam atau peluklah mereka agar rasa sepi itu jadi lebih tersamar dan kemudian menghilang.

Mengerti pola pikir orang lain memang susah buat dilakukan, tapi, bukan berarti gak mampu juga. Seperti bayi yang baru lahir, kita hanya perlu belajar sedikit demi sedikit. Gue bukan orang yang dengan rasa simpati tinggi, bukan orang yang selalu mau mengalah, gue suka memberontak dan kebebasan.

Karena itu, gue menulis ini. Gue ingin kita bisa sama-sama belajar dan saling mengingatkan. Sorry..kalo tulisan ini terkesan menggurui atau sok-sokan khotabah ala-ala. Maklum, gue manusia biasa sama kayak kalian. Banyak hal kampret yang pernah juga gue lakukan.

Tapi, gue benar-benar berharap kalian bisa jauh lebih bijak lagi buat berkomentar. Bahkan kalo bisa, kalian ada waktu senggang lebih baik kalian gunain medsos buat hal baik, misal dengan membalas satu-satu komentar orang yang terlihat putus asa dan sedih di beberapa postingan yang muncul di TL atau lainnya. Jadikan jari lo sebagai penguat buat beberapa orang di luar sana.

Terakhir, pesan dari gue buat teman-teman yang sedang dalam fase sedih,putus asa, dan merasa tidak berharga, please, love yourself, lo berharga, lo hebat, lo sudah melakukan yang terbaik, gue bangga dengan apa yang ada di dalam diri lo, percaya deh, ada orang yang diam-diam peduli sama lo, ada orang yang sedang menunggu lo di depan sana, dunia belum berakhir, masih ada hari esok, gue sayang lo, Tuhan benar-benar sayang lo 💜

Akhir kata, ayo kita minum air putih biar pencernaaan jadi lancar...*bubayyy*

Bagaimana aku di masa depan?

Hai, apa kabar kalian? Sudah lama rasanya gue meninggalkan blog ini. Haha *tertawasumbang*

Banyak hal yang sudah terjadi di kehidupan gue, khususnya untuk apa yang sudah terjadi di tahun kemaren. Sampai kemudian sebuah pikiran baru mengusik ketentraman jiwa..ini mungkin terbaca begitu berlebihan buat kalian. Tapi, buat gue ini sebuah hal serius. Tentang pertanyaan bagaimana diri ini di masa depan terus menerus menghantui gue.

Di susul dengan pertanyaan yang lain di belakangnya adalah apakah gue akan jadi orang sukses atau sebaliknya? Jujur, gue takut buat segala hal yang sudah mampu orang-orang capai, gue takut tertinggal dan kemudian menghabiskan waktu tua dengan menyesali semuanya. Untuk itu, gue kembali berpikir di masa sekarang apa yang bisa gue kerjakan dengan serius, potensi apa yang di miliki oleh diri gue, dst.

Sebuah jawaban yang sederhana akhirnya mampu gue temukan, walau sejujurnya gue membutuhkan banyak waktu buat bisa mempercayai jawaban ini. Gue memang bukan anak yang pintar dalam semua akademik, gue tidak menghasilkan suara merdu tiap kali menyanyi, gue tidak mampu menggambar dengan indah dan tentunya gue tidak tinggi dan cukup cantik untuk menjadi seorang model.

Banyak kekurangan yang gue temukan pada diri ini, tapi, sangat sulit untuk menemukan hal baik yang ada. Mungkin benar apa yang dikatakan mama gue mengenai, kita mampu mencari keburukan hingga akarnya tapi tidak pernah mampu menemukan sebuah kebaikan yang jelas ada di bagian atasnya. Ya se-klise itu emanb pikiran kita, ah atau lebih tepatnya gue.

Gue sangat sadar, menulis adalah hal yang selalu diri ini butuhkan. Karena saat menulis, gue bisa mencurahkan segalanya tanpa harus takut di telanjangi sama pandangan orang-orang. Menulis menjadi terapi buat diri gue, mau nulis asal-asalan, mau nulis puisi ala-ala kek, atau mau nulis keluh kesah random kayak sekarang, intinya menulis mampu membuat gue merasa lebih baik.

Mungkin ini suatu potensi yang selama ini gue tidak akui, kenapa? Karena gue sangat tidak percaya diri. Gue tidak bisa menerima saat orang lain menjelekan sesuatu yang gue tulis, okey, ini emang egois banget dan bener-bener bukan sikap yang bagus buat di contoh. Tapi, gue punya alasannya. Gue takut saat orang lain menganggap rendah tulisan gue, maka gue akan pesimis dan akhirnya tidak kembali percaya diri untuk kembali menulis. Sementara, seperti yang sudah gue jelaskan bahwa menulis adalah terapi buat diri, kalo sebuah hal yang harusnyaa menjadi terapi, tapi, malah berubah menjadi hal yang gue takuti untuk dilakukan, maka semua jadi sia-sia.

Intinya, gue belum siap untuk hal itu, dulu. Sekarang atau lebih tepatnya dua tahun lalu, perlahan gue mulai menulis puisi dan membagikannya di medsos, perlahan gue menuliskan sebuah novel di applikasi menulis online meski gak tamat-tamat 😂, perlahan gue meninggalkan zona nyaman itu. Karena, gue berpikir kapan ketakutan-katakutan ini berakhir kalo gue tidak pernah berani melawannya.

Gue sudah mampu melakukannya, tapi, bukan berarti pertanyaan di awal itu sudah gue temukan jawabannya. Banyak proses yang gue lalui, dan masih banyak lagi kedepannya yang harus gue lakukan agar bisa di titik pencapaian yang diinginkan. Banyak ketakutan yang sudah mampu gue taklukan, dan masih banyak ketakutan lain di belakang ini yang berebut datang. Salah satunya, mengenai pertanyaan di awal tadi. Untuk sekarang, gue ingin bisa lebih produktif lagi, menjadikan pencapaian orang lain sebagai motivasi buat lebih berusaha. Mungkin, pertanyaan di awal belum mampu gue pecahkan seutuhnya. Namun, buat sekarang gue punya jawabannya. Entah, bakalan cocok apa gak di kalian. Terserah, gue juga gak sehebat itu untuk menjawab pertanyaan berat kayak gini. Sooo...

Saat seseorang bertanya bagaimana diri lo di masa depan? Kunci jawaban sederhananya; seberapa keras usaha lo di masa lalu adalah diri lo di masa datang.

Udah sampe sini aja deh, curhat random gue. Akhir kata dari gue, ayo kita stalk ig doiii...wkwkkw *bubayyy*

Senin, 06 Januari 2020

Apa itu cinta?

Jadi gimana hari kalian? Gue tau ini kalimat super basi sekali, bahkan pertanyaan ini sering kali dianggap remeh sebagian orang. Padahal buat gue atau seorang yang sepemikiran sama, ini sebuah pertanyaan yang berarti dan selalu dinantikan. Gue akan menjawab dengan antusias setiap ada yang bertanya hal itu, karena gue merasa seperti diperhatikan dan begitu spesial sampai-sampai orang itu ingin tahu bagaimana gue menjalani seluruh rutinitas. Kalian tahu kan, hidup panggung sandiwara? Semua orang mengenakan topengnya masing-masing, termasuk gue sendiri. Untuk itu gue butuh seseorang yang bersedia medengarkan seluruh cerita jujur gue, kemuakan gue tentang segala sesuatu di luar sana dan mengusir kesepian yang sebenarnya selalu diam-diam menyelimuti. Okey, ini terdengar berlebihan. Tapi, ini bentuk suatu kejujuran sama diri sendiri. Gue mungkin akan membahas hal ini nanti, di blog selanjutnya supaya bisa lebih banyak  lagi yang bisa gue uraikan.

Jadi buat sekarang biarkan gue melanjutkan tulisan kemaren, ceritanya masih seputar tentang tokoh manusia bumi (nama samaran). Entah kenapa, setiap kali membahas dia gue seperti tidak pernah kehabisan bahan cerita. Semua tentangnya menarik untuk di bahas, dan kalo kalian tanya kenapa sih gue harus ceritain nih orang? Jawabannya sederhana banget, karena gue menulis untuk diri gue sendiri jadi gue menuliskan tentangnya aja supaya jika suatu saat gue udah tua dan tidak bisa mengingat semua hal dengan baik. Gue tinggal buka blog ini dan membacanya lagi, sesederhana itu aja; gue cuma gak pengen ngelupain manusia bumi, udah gitu doang.

Bumi berputar, waktu terus berjalan dan perasaan siapa yang tahu. Saat ini mungkin gue sangat mencintai manusia bumi dengan sepenuh hati, tapi besok, gue gak pernah tahu. Gue gak akan bisa menjanjikan perasaan selalu untuk dia, tapi gue bisa janjikan semua hal tentang dia gak bakalan pernah gue lupain sepanjang hidup, karena itu gue memutuskan untuk menuliskan perasaan gue ke dia di blog ini agar gue gak lupa kalo gue pernah sebegitu mencintai manusia bumi dan sekaligus sebagai bentuk terimakasih juga ke manusia bumi karena sudah membuat gue selalu bahagia dan mempunyai motivasi buat melalukan hal baru.

Bagi gue, manusia bumi termasuk orang terpenting di hidup gue. Ada banyak hal yang sudah gue rasakan untuk dia baik saat dulu masih dalam lingkup yang sama maupun seperti sekarang yang udah berada di lingkup berbeda. Mengingat dirinya saja, mampu membuat gue tersenyum sendiri kayak orang gila. Layaknya orang yang di landa jatuh cinta. Menggelikan sekali, bukan? Bicara tentang jatuh cinta, jadi kapan sih tepatnya gue mulai sadar gue jatuh cinta sama manusia bumi? Jujur, gue gak tau tepatnya itu pada waktu apa. Rasanya kayak mengalir aja, tapi bukan berarti semuanya juga mudah kayak air mengalir lho.

Mengenang masa lalu, agaknya membuat gue ingat kapan pertama kali gue memikirkan tentang manusia bumi. Ini waktunya terlalu loncat dengan kejadian sebelumnya yang seperti gue ceritakan di blog kemaren, tapi masih kejadian ketika kami masih berada di kelas 10. Saat itu, pelajaran olahraga kami semua tidak ada yang pergi ke lapangan karena intruksi dari si Ibu untuk tetap di kelas saja karena si Ibu pengen kenal dengan kami lebih dekat. Kami di suruh untuk memperkenalkan diri lagi, termasuk tentang ekskul yang kami ambil. Satu persatu mulai berbicara, sampai kemudian giliran gue. Semua informasi mengenai diri, gue jelaskan secara lengkap dan tak lupa pilihan ekskul yang gue ambil yaitu teather. Rencana Tuhan mulai bekerja untuk gue, karena tiba-tiba saja si Ibu menyuruh gue untuk maju dan menunjukkan sedikit kebolehan akting. Gue jelas menolak, soalnya teman-teman gue yang lain gak ada yang di suruh untuk menujukkan kebolehannya di ekskul. Si Ibu masih berusaha meyakinkan gue, mau gak mau gue maju ke depan dong karena gak enak juga kalo terua menolak mengingat si Ibu sangat antusias. Begitu di depan, gue bertanya untuk menunjukkan akting seperti apa.

Si Ibu diam sebentar dan kemudian menunjuk manusia bumi untuk menemani gue akting. Kalian tahu kan gimana hubungan gue sama manusia bumi saat itu? Gue memasang wajah datar ketika manusia bumi sudah berada di samping gue. Si Ibu mulai menyuruh gue untuk memulai akting, tanpa perencanaan yang matang gue membuat skenario seolah gue sebagai Ibu yang marah sama anaknya karena main warnet kelamaan. Okey, ini gak elit banget wkwk 😂😂 tapi gue cukup puas karena berhasil menumpahkan segala kekesalan di depan orangnya langsung. Setelah selesai, kami dipersilahkan duduk kembali.

Singkat cerita, gue sedikit lupa ini besoknya apa setelah seminggu kemudian sejak hari itu beberapa temen cewek di kelas gue mulai berbicara soal kejadian itu lagi saat kami sedang di jalan pulang. Mereka mengatakan kalo manusia bumi sepertinya menyukai gue, APA?! Tenang..tenang bukan kalian aja yang kaget, saat itu gue juga sama kagetnya. Bahkan perasaan kaget itu, sampai saat ini masih gue ingat. Mereka mengatkan seperti ini; lo tahu gak sih? Pas lo akting marah-marah waktu itu, manusia bumi merhatiin mata lo dengan pandangan berbeda. Kayaknya manusia bumi suka lo deh.

Gue tertawa, jenis tawa bingung. Sembari menjawab; bahwa itu hal yang gak mungkin, emangnya kalian bisa tahu darimana? Gue seperti tidak percaya, tapi tetap ada bagian diri gue yang merasa penasaran. Sampai-sampai sering bertanya hal yang sama ke mereka, sampai mereka bilang; lo jangan-jangan udah mulai suka ya? Gue menggelengkan kepala dan membantahnya dengan tegas. Mereka tidak bertanya lebih lanjut dan gue sendiri mulai menelan pertanyaan itu ketika gue mulai kepikiran lagi. Diam-diam tanpa gue sadari, kepala ini jadi sering digunakan untuk memikirkannya. Hal yang sering gue tanyakan ke pikiran itu adalah apa iya manusia bumi suka gue? Ah, masa sih? Berulang-ulang gue memikirkan hal yang sama, dan terkadang sering juga memperhatikan manusia bumi secara diam-diam, sampai gue tidak sadar jika sudah mulai melupakan seseorang yang gue cintai waktu sekolah menengah pertama dulu dan jadi berharap mungkin hubungan gue sama manusia bumi bisa lebih dari sekedar teman sekelas.

Fyi, gue bukan orang yang mudah jatuh cinta. Saat gue mencintai seseorang maka hal itu akan berlangsung cukup lama, meski harus cinta sendiri sekalipun. Gue mungkin dulu terkenal banyak suka sama kakel dan teman seangkatan semasa jaman sekolah menengah kejuruan dulu, tapi hal itu hanya berlangsung sebentar karena cuma sekedar rasa kagum dan terkadang sebagai bentuk kamuflase untuk menutupi perasaan gue yang sebenarnya. Sepanjang gue hidup sampai sekarang, gue hanya pernah mencintai lawan jenis sebanyak dua kali dan itu tentu saja seseorang di masa dulu dan manusia bumi.

Harapan-harapan itu mulai muncul, terlebih entah bagaimana kami akhirnya bisa mulai berinterkasi, tapi yang gue yakini saat itu adalah manusia bumi pribadi yang menyenangkan juga. Hari-hari berganti, gue masih mempunyai pemikiran yang sama tapi gue gak pernah bilang apapun ke temen-temen gue. Perasaan itu gue sembunyikan dari orang-orang karena gue sendiri masih bingung sama perasaan baru ini.

Sampai kemudian gue mendapatkan kabar kalo manusia bumi baru jadian sama anak kelas lain. Waktu itu gue bingung harus bereaksi apa, rasanya gue kayak orang linglung. Perasaan gue kacau, bahkan gue merutuki kebodohan diri yang sudah berharap kelewat jauh, gue menyalahkan diri karena sudah percaya dengan semua ucapan temen-temen gue. Harusnya gue sadar diri, gue gak se-wow itu untuk di sukai apalagi pas gue tahu pacar manusia bumi ternyata adalah mantan pacar seseorang yang gue cintai semasa sekolah menengah pertama dulu. Dunia gue berasa diam di tempat, rasanya cewek itu terlalu hebat buat tandingi mengingat dia selalu mampu membuat orang yang gue cintai jadi mencintai dirinya balik.

Kalian tahu hal apa paling sulit dan harus gue hadapi saat itu adalah pura-pura bahagia, setiap kali ada yang meledeki hubungan manusia bumi dan sang pacar, gue akan ikut-ikutan juga sembari tertawa. Itu sulit gue lakuin, tapi gue jadi mulai terbiasa untuk berbohong dan kemudian jadi sering menyangkal perasaan gue ke manusia bumi. Gue selalu meyakinkan diri, kalo gue gak suka sama manusia bumi, gue ingetin diri gue kalo gue gak boleh percaya apapun lagi kalo ada seorang teman bilang ada  yang menyukai gue. Semuanya gue lakukan untuk menjaga hati gue dari rasa kecewa, sedih dan rendah diri. Semua itu berlangsung cukup lama,hingga cukup bagi gue mengetahui bagaimana manusia bumi begitu mencintai pacarnya.

Sampai kemudian gue mendapat berita jika keduanya sudah putus, gue merasa biasa saja saat mendengar kabarnya karena saat berita itu jadi topik hangat di kelas, berita putusnya di barengi dengan fakta jika manusia bumi masih mencintai mantannya.

Huft...mengulang memori ini membuat gue kembali merasakan sakitnya. Lucu sekali memang, saat mendapati diri gue merasa terluka saat sebenernya gue tidak berhak merasakan hal itu. Dari kejadian di masa lalu gue banyak berpikir dan mendapati sebuah jawaban, jika hari-hari kemarin ketika manusia bumi masih bersama mantannya itu adalah hari-hari yang juga membuat gue bahagia. Meskipun bukan gue yang membuat manusia bumi tertawa, walaupun bukan gue yang membuat manusia bumi merasa begitu di cintai tapi melihatnya mendapatkan semua itu membuat gue juga ikut bahagia.

Sederhananya gue juga bahagia saat melihatnya bahagia. Ini emang terdengar omong kosong, tapi begitulah yang gue rasakan. Mungkin gue merasa cemburu, marah dan ingin juga berada di posisi cewek itu tapi apa gunanya kalo semuanya gak buat manusia bumi bahagia. Keberadaan dia, sungguh gue syukuri walau ada kalanya gue merasa iri. Udah lah ini aja dulu kali ya yang bisa gue bagi ke kalian, akhir kata dari gue; ayo lihat bintang...*bubayyy*